Monday, October 24, 2011

Instalasi kabel utp 5e



Dalam pemasangan jaringan wired kita pastinya membuthkan kabel. Kabel yang biasa digunakan dalam pemasangan jaringan LAN adalah kabel UTP cat 5e. Dalam penggunaannya, kabel UTP dapat dibuat menjadi 2 jenis, yaitu Straight-trough dan Crossover. Sebelum kita memulai instalasi kabel, kita pelajari beberapa seluk beluk tentang kabel UTP Cat 5e.

Ada dua standarisasi pemasangan kabel UTP yaitu T568A dan T568B :


A. Kabel Straight-trough

Kabel ini digunakan untuk menghubungkan dua device yang berbeda sperti:

Komputer to HUB


Komputer to Switch


Switch to Router


HUB to Router

Pemasangan kabel ini dalam satu kabel menggunakan satu standar saja. Jika menggunakan T568A maka kedua ujungnya menggunakan T568A, begitu juga sebaliknya.


B. Kabel Crossover

Kabel ini digunkana untuk memasang dua device yang sama seperti :

Komputer to Komputer

HUB to HUB


Switch to Switch


HUB to Switch

Pemasangan kabel ini menggunakan dua standar dalam satu kabelnya. Jika ujung pertama menggunakan T568A maka ujung yang kedua menggunkan T568B.


C. Pemasangannya

1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan


o Kabel UTP Cat 5e (panjang sesuai kebutuhan)

o Konektor RJ45 (8 Buah untuk jaga-jaga jika gagal)

o Tang Crimping

o Fluke / Kabel tester



2. Potong kabel sesuai dengan kebutuhan

3. Kelupas jaket pelindung pada kabel kira-kira sekitar 2 cm (untuk latihan)


4. Pisahkan pilinan pada kabel sesuai dengan warnanya


5. Urutkan sesuai dengan standarisasi yang ada.


6. Potong secara rata jika kabel sudah diurutkan, sisakan sekitar 1,5cm


7. Masukkan kabel UTP ke dalam konektor RJ45. Pastikan urutan kabel benar, jaket pelindung masuk ke RJ45, dan semua kabel telah masuk sempurna hingga menyentuh pangkal RJ45)





8. Crimping konektor RJ45 beserta kabel tersebut dengan Tang Crimping





9. Lakukan pada ujung yang satunya. Gunakan Fluke atau Kabel Tester untuk menguji koneksi kabelnya.




Sunday, October 23, 2011

konektor fiber optic

Terdiri atas connector, pigtail, dan patch cord.
[connectors.jpg]
Connector adalah ujung dari fiber optic, jenisnya banyak sesuai dengan kebutuhan dilapangan.
conector FO


Pigtail adalah sepotong kabel yang hanya memiliki satu buah konektor diujungnya, pigtail akan disambungkan dengan kabel fiber yang belum memiliki konektor.


Pigtail






Patch cord adalah kabel fiber optic yang pada dua sisi ada konektor. Patch cord digunakan untuk menghubungkan device atau dikenal juga dengan optic jumper.




Instalasi Fiber Optic


PEMASANGAN SERAT OPTIK

Sebelum dilakukan penarikan optik melalui polongan pada system duct, polongan tersebut harus dipasang sub duct terlebih dahulu.

Dalam satu polongan duct dipasang sub duct. Sub duct ini perlu karena digunakan untuk memudahkan penarikan optik.

Sesuatu yang perlu diperhatikan dalam pemasangan sub duct yaitu :
Tegangan penarikan dan kelengkungan sub duct harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang berlaku.
Pemasangan maupun penarikan seub duct ada baiknya dilakukan oleh tenaga manusia. Bila menggunakan winch, tegangan tarik harus terus diawasi melalui pengukur tegangan yang umumnya terpasang pada winch truck.
Tegangan dan speed tarik sub duct harus lebih rendah dari spesifikasi teknis yang berlaku.
Hindari penarikan yang dapat menyebabkan sub duct cacat atau rusak, missal yaitu penarikan yang dilakukan secara paksa, karena dapat merusak serat bagian dalam.
Tegangan dan kecepatan tarik yang diizinkan pada waktu pemasangan adalah sbb:

· Tegangan tarik maksimal : 200 kg
· Pull Speed maksimal : 20 m/min

Material dan peralatan yang digunakan terlihat pada tabel berikut :

Material




Tools / Peralatan


Diagram Urutan Kerja



Tahapan inti dari pemasangan sub duct ke dalam polongan duct akan terlihat pada diagram berikut:







Penarikan Sub Duct


Persiapan Material dan Peralatan. Sebelum pekerjaan dimulai material dan peralatan yang dibutuhkan dipersiapkan terlebih dahulu.
Pemerikasaan & Pembersihan Man Hole
a) Buka tutup Man Hole, periksa kondisi Man Hole tersebut, bila berisi air, gunakan pompa air untuk mengeringkannya.
b) Lalu, pipa duct yang akan digunakan dengan tujuan untuk mempermudah penarikan sub duct berikutnya dan perbaikan/penyambungan .
c) Beri tanda pada pipa duct tersebut
Rodding
Rodding merupakan pekerjaan pemasangan tali yang digunakan untuk membantu pemasangan tali penarikan .
Caranya dapat menggunakan mesin penyedot atau pipa PVC
(ф = 1 inchi) yang disambung.
Meskipun rodding duct sudah dilakukan pada waktu uji terima duct, pekerjaan me-rodding kembali masih tetap diperlukan.
Pengetesan & Pembersihan Pipa Duct
Pengetesan dan pembersihan pipa duct ini dilaksanakan dengan menggunakan peralatan yang telah disebutkan dalam di bawah.

Tali dalam pipa duct hasil rodding diikat kuat pada rangkaian mandril dan sikat. Bagian belakang rangkaian mandril dan sikat tadi diikat lagi dengan tali pengulur.
Kemudian tali penarik ditarik sampai rangkaian mandril dan peralatan keluar dari pipa pipa duct.

Prosedur Penarikan dan Penguluran

Tali bekas rodding diganti dengan tali penarik . Tempatkan haspel sub duct pada tempat yang tepat dan tambatkan ujung tali penarik ke setiap sub duct.
Bila tiga buah sub duct sekaligus dipasang, maka putaran haspel harus sama. Penguluran diatur sedemikian rupa sehingga arah tarikan dapat dirubah dan sub duct dapat ditarik kembali.

Kegiatan Penarikan.
Pasanglah dua buah katrol pada man hole pada sisi penarikan untuk tali penarik dan kemudian tali penarik tersebut dihubungkan ke winch (bila menggunakan mesin penarik).
Walky Talky dapat digunakan untuk komunikasi antara dua man hole ketika kegiatan penarikan sedang dilaksanakan. Bila penarikan mengalami kemacetan, mesin winch cepat dihentikan agar tidak merusak sub duct. Pemasangan tanda lalu-lintas, bendera merah atau putih dan petugas pengatur lalu-lintas (bila diperlukan) agar dilakukan selama kegiatan penarikan berlangsung.

Penarikan Sub Duct
Tenaga penarik bisa menggunakan wich atau beberapa tenaga manusia. Tarik tiga sub duct secara bersamaan ke dalam pipa duct.
Ketika penarikan, jagalah agar kecepatan penarikan harus berada di bawah standart yang ditentukan dan penambahan kecepatan harus konsta.



Pemasangan Klem Sub Duct

Ujung-ujung sub duct diperkuat ke dalam pipa duct dengan klem seperti tersebut dalam gambar di bawah.





PEMASANGAN DAN PENARIKAN OPTIK

Hal-Hal Penting Berkaitan dengan Penarikan:

Tegangan tarikan dan kelengkungan harusa sesuai dengan spesifikasi teknik yang berlaku.
Penarikan dapat menggunakan tenaga manusia. Bila menggunakan winch, tegangan tarik harus terus dimonitor melalui pengukur tegangan yang biasanya terpasang pada winch truck.
Penempatan haspel dengan arah putaran sesuai dengan tanda panah pada haspel luar. Perhatikan gambar di bawah.



Menurunkan dan menaikkan haspel dari atau ke kendaraan harus hati-hati dan menggunakan papan peluncur.
Haspel harus dalam kedudukan diam dan harus diganjal. Penempatan haspel harus benar-benar aman dan memudahkan pekerjaan penarikan.
Tegangan dan kecepatan tarik dan radiun lengkungan harus lebih rendah dari spesifikasi yang ditentukan.
Kecepatan tarik diupayakan konstan. Kecepatan dan tegangan tarik yang diijinkan diupayakan sesuai tabel di bawah ini :


Material dan Peralatan





Diagram Urutan Pekerjaan
Sebelum memulai setiap tahapan pekerjaan, semua harus diperiksa apakahpersiapan peralatan/material telah sesuai dengan spesifikasi instalasi. Berikut urutan pekerjaan yang dilakukan.



Penarikan Optik

Persiapan Material dan Peralatan.

Sebelum memulai pekerjaan pastikan bahwa semua persiapan material dan peralatan yang diperlukan sudah lengkap. Penempatan haspel harus sesuai dengan lokasi yang telah direncanakan.
Pemeriksaan dan Pemasangan bearer/tension member.
Biasanya dalam satu haspel sudah dilengkapi dengan cable cap untuk membantu penarikan.


Bila menggunakan bekas atau sisa pemasangan, maka tension member dibuat untuk penarikan harus dubuat agar tidak rusak.
Secara berurutan, lihat cara pada gambar di bawah (3.7, 3.8, 3.9)


Roodding Sub Duct

Setelah semua selesai, sub duct di roodding dengan menggunakan mesin hisap/dorong dengan menggunakan tali raffia/plastic. Kemudian tali plastic diganti dengan tali penarik .
Prosedur Penarikan dan Penguluran

a. Untuk penguluran , posisi haspel harus benar-benar kuat supaya tidak rusak oleh sudut pemasukan duct. Lalu cable cap disambung swivel dan tali penarik.


Pasang dua buah rol shingga arah tarikan dapat dirubah. dapat ditarik dengan menggunakan tenaga manusia atau winch. Posisi dari katrol di dalam man hole dapat diatur dengan mata rantai atau tali kawat untuk memudahkan pemasukan ke dalam duct.
b. Sebelum memulai penarikan , hubungan komunikasi diantara man hole yang satu dengan yang lainnya harus lancer. Di saat penarikan, kecepatan penarikan harus konstan (tidak boleh tersentak-sentak).
Bila ada route tikungan, maka pada man hole tersebut harus dipasang katrol untuk memudahkan beloknya.





Penempatan pada Manhole

Pekerjaan yang harus dilakukan adalah pengaturan/pengikatan di dalam manhole dan penentuan titik sambungan. diletakkan di atas rak dan diikat pada dinding manhole serta dilindungi dengan selongsong spiral Polytheline (PE).





TERMINASI SERAT OPTIK

PENGATURAN
a. Haspel ditempatkan pada IDF sesuai transmisi optik.
b. Ujung ditarik melalui rak yang telah direncanakan menuju
manhole kantor telepon lewat MDF.
Perlu diperhatikan hal-hal yang sama pada penarikan .



PENYAMBUNGAN URAT

a. Penyambungan pada manhole akan dijelaskan dalam diktat teknik sambungan serat optik.

b. Penyambungan pada rak/tempat pembagian serat optik pada prinsipnya adalah semua sama.
Di sini serat optik diganti dengan serat optik yang lebih besar diameter/isolasinya serta dilengkapi dengan optik CTF.



PENGIKAT PADA RAK
a. Pengikat pada rak.



b. Pengikat bagian terminasi pada rak.



kinerja fiber optic



Kinerja Serat Optik

Sejak awal pertama kali ditemukan, redaman/km serat optik memiliki karakteristik sebagai fungsi dari panjang gelombang cahaya yang beroperasi. Meskipun dari masa ke masa besarnya dapat terus diperbaiki, karakteristik redaman/km ini tetap menjadi sifat alami dari serat optik, sebagus apapun ia. Penelitian yang telah dilakukan, telah menghasilkan 3 (tiga) jendela panjang gelombang beroperasi yang digunakan dalam serat optik, yaitu pada (range) 850 nm, 1310 nm, dan 1550 nm dimana pada ketiga jendela tersebut, besarnya redaman/km yang dihasilkan lebih rendah.

Gambar 2.9 Jendela Redaman/km Serat Optik

Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi kinerja serat optik, yang menjadi dasar analisis kinerja keseluruhan sistem dan landasan pertimbangan bagi pembangunan suatu sistem komunikasi serat optik. Faktor-faktor tersebut yaitu redaman dan dispersi. Redaman digunakan dalam analisis power budget, yaitu berdasarkan optimalisasi daya dari pengirim (transmitter) sampai ke penerima (receiver) dengan meminimalkan redaman di sepanjang serat optik. Sedangkan dispersi digunakan dalam analisis rise time budget, agar tidak terjadi kerusakan sinyal akibat bit-bit pulsa digital yang melebar.

1. Redaman diusahakan serendah mungkin, sehingga daya pengirim tetap cukup sampai ke penerima (biasanya faktor cadangan daya sudah termasuk diperhitungkan). Redaman pada kabel optik, disebabkan oleh:
-          Hamburan Rayleigh (scater) dan hamburan akibat fluktuasi konsentrasi dopan serat optik. Hamburan Rayleigh (sesuai dengan nama penemunya) merupakan hamburan yang dominan menyebabkan redaman pada serat optik (75%).
-          Absorption atau penyerapan akibat ketidaksempurnaan proses pembuatan serat dan penyerapan ion hydrogen.
-          Titik-titik sambungan (fusion maupun mechanical splice, konektor, dan lain sebagainya)Bending, baik yang sifatnya mikro akibat ketidaksempurnaan core dan makro
-          bending yang disebabkan oleh kondisi tertentu di lapangan sehingga kabel optik mengalami tekukan yang cukup tajam.
-          Radiasi nuklir yang menyebabkan dampak permanen

2. Dispersi, pelebaran pulsa saat melewati serat optik akibat material maupun mode perambatannya dalam serat optik, diusahakan sekecil mungkin. Pada serat optik single mode, faktor dispersi ini lebih kecil dari pada multi mode. Ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas sistem komunikasi digital, termasuk Sistem Komunikasi Serat Optik, diantaranya BER (Bit Error Rate) dan SNR (Signal to Noise Ratio). BER menyatakan berapa jumlah bit error yang terjadi dalam dalam satuan detik, sedangkan SNR menyatakan perbandingan sinyal dengan noise/gangguan. Semakin besar redaman, maka semakin kecil SNR dan daya penerimaan, sehingga BER akan semakin tinggi sehingga kualitas menjadi berkurang.

jenis fiber optic



Jenis Serat Optik
1. Single-mode
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb86tLj_uuCHN3l4f2fa0HCnywljVJET_xXXVId9YF_HtKUCUByp9pzgxn2XnHI_5zWy0_HkehxSs8KlizjAU5n7QFOH-oXvflgNt1HfHkMTFhLRfeweEJxBAQRvotineN_NuAhZhUAAGh/s400/a+single+mode+fiber+b+perubahan+index+bias.jpg

Pada single mode fiber, terlihat pada gambar bahwa index bias akan berubah dengan segera pada batas antara core dancladding (step index). Bahannya terbuat dari silica glass baik untuk cladding maupun corenya. Diameter core jauh lebih kecil 10 mm) dibandingkan dengan diametercladding, konstruksi demikian dibuat untuk mengurangi rugi-rugi transmisi akibat adanya fading. Single mode fiber sangat baik digunakan untuk menyalurkan informasi jarak jauh karena di samping rugi-rugi transmisi yang kecil juga mempunyai band frkuensi yang lebar. Misalnya untuk ukuran 10/125 mm, pada panjang gelombang cahaya 1300 nm, redaman maksimumnya 0,4 – 0,5 dB/km dan lebar band frekwensi minimum untuk 1 km sebesar 10 GHz.. Perambatan cahaya dalam single mode fiber adalah sebagai berikut

Pada single mode fiber, terlihat pada gambar bahwa index bias akan berubah dengan segera pada batas antara core dan cladding (step index). Bahannya terbuat dari silica glass baik untuk cladding maupuncorenya. Diameter core jauh lebih kecil 10 mm) dibandingkan dengan diameter cladding, konstruksi demikian dibuat untuk mengurangi rugi-rugi transmisi akibat adanya fading. Single mode fiber sangat baik digunakan untuk menyalurkan informasi jarak jauh karena di samping rugi-rugi transmisi yang kecil juga mempunyai band frkuensi yang lebar. Misalnya untuk ukuran 10/125 mm, pada panjang gelombang cahaya 1300 nm, redaman maksimumnya 0,4 – 0,5 dB/km dan lebar band frekwensi minimum untuk 1 km sebesar 10 GHz.. Perambatan cahaya dalam single mode fiber adalah sebagai berikut

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNpvPK7kXFADNRydKUrRcoEtCLpMJ-2TqjDmh_O-oukaQttXkEKQIwxabkPuFvQrqoMgtrPVq6zhoQc0iVC_3HZDbTm04oqN5FEEl6kzbeTM5HP56gH3M8CEuz-wK4PIElNpoFFoUiDty-/s320/perambatan+cahaya+singlemode+step+indeks.jpg

2. Multimode Step Index Fiber

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ5tcAIFyzyeKERz6ne9vHRYLsgtS2AlJSrwIvJ8OQ3HLJWgvECHe6IRWhqgN6UjXJZGM278u5Y8VHh2FclLSu6XQVVzqyR8Qp5w10Ui8K0RZq3UQ62LZXRd4iVebR26CFS0wTEqD2LMpL/s320/am+fiber.jpg
  Serat optik ini pada dasarnya mempunyai diameter core yang besar (50 – 400 um) dibandingkan dengan diameter cladding (125 – 500 um). Sama halnya dengan single mode fiber, pada serat optik ini terjadi perubahan index bias dengan segera (step index) pada batas antara core dan cladding. Diameter core yang besar (50 – 400 um) digunakan untuk menaikkan effisiensi coupling pada sumber cahaya yang tidak koheren seperti LED. Karakteristik penampilan serat optik ini sangat bergantung pada macam material/bahan yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian, penambahan prosentase bahan silica pada serat optik ini akan meningkatkan penampilan (performance). Tetapi jenis serat optik ini tidak populer karena meskipun kadar silicanya ditingkatkan, rugi-rugi dispersi sewaktu transmit tetap besar, sehingga hanya baik digunakan untuk menyalurkan data/informasi dengan kecepatan rendah dan jarak relatif dekat. Perambatan gelombang pada multimode step index fiber sebagai berikut :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiONnhfxY2vij_92abc6D8tNVWElNS-3Ek8nLxKzWseGJzhnpBeUdoCWrpPu8atQbH3-sfM3KLV2Kf7WwR2KJz0ayhfKHlU7_d0OcEGfwjBKdNFe6O0Llu6X9CCCn0aliT8kTIbqr9hvbaz/s320/perambatan+cahaya+multimode+graded+indeks.jpg


3. Multimode Graded index

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5jpofuAK1arNi2FSz4pJHqp6AHyQFcsVrzYazpkpOnpjfmrXLDNloMx-aeqBzzoS5lcir3R8AqBeBkZI3sMYiv0iGmQfShvkslOWCRYeuagleT2mjndpz2hLpVeUin9pq49ZjG04q383Q/s320/multimode+step+index+fiber.jpg


Multimode graded index dibuat dengan menggunakan bahan multi component glass atau dapat juga dengan silica glass baik untuk core maupun claddingnya. Pada serat optik tipe ini, indeks bias berubah secara perlahan-lahan (graded index multimode). Indeks bias inti berubah mengecil perlahan mulai dari pusat core sampai batas antara core dengan cladding. Makin mengecilnya indeks bias ini menyebabkan kecepatan rambat cahaya akan semakin tinggi dan akan berakibat dispersi waktu antara berbagai mode cahaya yang merambat akan berkurang dan pada akhirnya semua mode cahaya akan tiba pada waktu yang bersamaan di penerima (ujung serat optik). Diameter core jenis serat optik ini lebih kecil dibandingkan dengan diameter core jenis serat optic Multimode Step Index, yaitu 30 – 60 um untuk coredan 100 – 150 um untuk claddingnya.
Biaya pembuatan jenis serat optik ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan jenis Single mode. Rugi-rugi transmisi minimum adalah sebesar 0,70 dB/km pada panjang gelombang 1,18 um dan lebar bandfrekwensi 150 MHz sampai dengan 2 GHz. Oleh karenanya jenis serat optik ini sangat ideal untuk menyalurkan informasi pada jarak menengah dengan menggunakan sumber cahaya LED maupun LASER, di samping juga penyambungannya yang relatif mudah. Perambatan gelombang cahaya pada jenis serat optik ini sebagai berikut : 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_8OAsbx_BkR6D3N2O6KuAwDwgAMZbIo-nhzwxFvOiQEKGKXEYG8xiE5AngNNWnzUon3ChA9UfqN-dTSG4caKUdAHCISPC8GaAps-A7vwZt0sbvSpHs51Gc-1yP6vzXPsctr-u1I6ax2X4/s320/perambatan+cahaya+multimode+graded+indeks2.jpg



Kabel Serat Optik untuk Aplikasi Teresterial

keuntungan dan kelemahan menggunakan fiber optic


Beberapa keuntungan dari sistem komunikasi optik :

1. Dapat menjangkau sampai puluhan bahkan ratusan kilometer.
2. Tahan terhadap interferensi gelombang elektromagnetik.
3. Kapasitas transmisinya sangat besar.
4. Kualitasnya lebih bagus dari sistem komunikasi lainnya.
5. Material dasar kabel optik relatif lebih murah dari kabel tembaga.

Beberapa kelemahan dari sistem komunikasi optik: 

1. Sulit membuat terminal pada kabel serat
2. Penyambungan serat harus menggunakan teknik dan ketelitian yang tinggi.
3. Akan ada kemungkinan kehilangan sinyal, pengiriman ke tujuan yang berbeda-beda dapat mempengaruhi besarnya informasi yang dikirimkan,
4. Fiber masih sulit untuk disatukan dan ketika telah mencapai titik akhir maka fiber harus diterima secara akurat untuk menghasilkan transmisi yang jernih
5. Komponen FO masih sangat mahal.

Sistem Komunikasi Fiber Optic


Komponen Sistem Komunikasi Serat Optik

Analisis kinerja suatu Sistem Komunikasi Serat Optik, dapat ditinjau dari 3 (tiga) komponen, yaitu perangkat dan sumber pengirim, perangkat dan detektor penerima, dan serat optik itu sendiri. Dalam perancangannya, memperhatikan hal-hal berikut ini (Robert J. Hoss, 1990) :

1.       Loss kopling sumber seminimum mungkin, dengan cara sedemikian hingga daya yang masuk ke serat optik sebanyak mungkin.
2.       Loss kopling penerima semininum mungkin, dengan cara sedemikian hingga daya yang diterima oleh detektor sebanyak mungkin.
3.       Loss sambungan serendah mungkin, dengan pemilihan jenis alat sambung, dan mempertimbangkan karakteristik serat optik yang disambung (diameter dan bahan core/inti serat).
4.       Loss konektor serendah mungkin dengan mengontrol jenis konektor, dan diameter core maupun cladding.
5.       Loss instalasi kabel serendah mungkin, termasuk bending akibat proses instalasi/penarikan kabel setelah mengalami tekanan dan tegangan.

1. Sumber pengirim
Terdapat 2 (dua) tipe sumber pengirim optik yang digunakan untuk mengirim cahaya informasi melalui serat optik, yaitu Light Emitting Diode (LED) dan Injection Laser Diode (ILD). LED biasanya dipakai pada serat optik multi mode, karena memiliki spektrum cahaya yang lebar, sedangkan ILD yang memiliki spektrum cahaya yang lebih sempit biasanya digunakan untuk komunikasi menggunakan serat optik single mode. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan sumber pengirim optik adalah (Robert J. Hoss, 1990) :
-          Proses penguatan sinyal dari sinyal eletrik ke sinyal optik agar daya yang dikeluarkan optimal.
-          Umpan balik sebagai pengontrol kinerja seiring dengan perubahan terhadap panas dan waktu.
-          Kestabilan kinerja dan lamanya siklus hidup perangkat/sumber pengirim.
-          Loss kopling, yaitu rugi-rugi daya yang ditimbulkan saat pertama kali sinyal optik ditransmisikan ke dalam serat optik.

2. Detektor Penerima
Terdapat 2 (dua) tipe detektor optik, yaitu PIN (Positive-Intrinsic Negative) dan APD (Avalanched Photo Diode). Perancangan dan pemilihan perangkat penerima, sangat menentukan dalam suatu analisis sensitivitas dari besarnya daya optik minimum yang didapat dideteksi oleh detektor. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan antara lain (Robert J. Hoss, 1990) :
-          Pemilihan panjang gelombang optik yang beroperasi. Sifat redaman serat optik sebagai fungsi dari panjang gelombang dan jarak, akan menentukan berapa daya yang diterima detektor.
-          Range/jangkauan penerimaan daya optik. Range yang lebih lebar akan membuat fleksibilitas yang tinggi dalam penerapan dilapangan.
-          Penguatan daya optik sesaat setelah cahaya optik dideteksi. Daya sinyal optik yang sampai diujung penerima, biasanya tidak terlalu besar karena berkurang sepanjang transmisinya dalam serat optik, sehingga perlu dikuatkan terlebih dahulu sehingga pemrosesan penterjemahan informasi dapat dilakukan dengan sempurna.
-          Loss kopling yaitu rugi-rugi daya sesaat setelah sinyal keluar dari serat optik dan masuk ke detektor penerima.

3. Serat Optik
Serat optik adalah sebuah kaca murni yang panjang dan tipis serta berdiameter sangat kecil (mikron). Serat optik menggunakan prinsip pemantulan sempurna dengan membuat kedua indeks bias dari core dan cladding berbeda, sehingga cahaya (informasi) dapat memantul dan merambat di dalamnya. Serat optik ditemukan pada tahun 1960-an oleh seorang ilmuwan Fisika bernama Charles Kao dan saat ini telah menjadi tulang punggung bagi komunikasi dunia. Struktur bagian serat optik terdiri dari core, cladding dan coating.

Gambar 2.2 Struktur Bagian Serat Optik

-          Core merupakan bagian inti dari serat optik, tempat cahaya dilewatkan. Dibagian ini mengalir informasi yang akan disampaikan dari pengirim ke penerima, bisa berupa data maupun suara dengan berbagai aplikasi dan konten di dalamnya.
-          Cladding mengelilingi inti yang berfungsi memantulkan cahaya kembali ke dalam inti (core).
-          Buffer Coating adalah pelapis pelindung pertama serat optik.

Cahaya dapat merambat didalam serat optik melalui proses pemantulan sempurna yang disebabkan oleh perbedaan indeks bias core (n1) dan indeks bias cladding (n2) seperti pada gambar 2.3. Semakin sempurna proses pemantulan ini, maka semakin panjang jangkauannya.

Gambar 2.3 Prinsip Penyaluran Cahaya Dalam Serat Optik

Saturday, October 22, 2011

Perhitungan Subnetting


Kali ini saatnya kita mempelajari teknik penghitungan subnetting. Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu?
Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:
Subnet MaskNilai CIDR
255.128.0.0/9
255.192.0.0/10
255.224.0.0/11
255.240.0.0/12
255.248.0.0/13
255.252.0.0/14
255.254.0.0/15
255.255.0.0/16
255.255.128.0/17
255.255.192.0/18
255.255.224.0/19
Subnet MaskNilai CIDR
255.255.240.0/20
255.255.248.0/21
255.255.252.0/22
255.255.254.0/23
255.255.255.0/24
255.255.255.128/25
255.255.255.192/26
255.255.255.224/27
255.255.255.240/28
255.255.255.248/29
255.255.255.252/30

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C

Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa:
192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan:
Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi total subnetnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
  1. Subnet
    192.168.1.0
    192.168.1.64
    192.168.1.128
    192.168.1.192
    Host Pertama
    192.168.1.1
    192.168.1.65
    192.168.1.129
    192.168.1.193
    Host Terakhir
    192.168.1.62
    192.168.1.126
    192.168.1.190
    192.168.1.254
    Broadcast
    192.168.1.63
    192.168.1.127
    192.168.1.191
    192.168.1.255
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah:
Subnet MaskNilai CIDR
255.255.255.128/25
255.255.255.192/26
255.255.255.224/27
255.255.255.240/28
255.255.255.248/29
255.255.255.252/30

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B

Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah:
Subnet MaskNilai CIDR
255.255.128.0/17
255.255.192.0/18
255.255.224.0/19
255.255.240.0/20
255.255.248.0/21
255.255.252.0/22
255.255.254.0/23
Subnet MaskNilai CIDR
255.255.255.0/24
255.255.255.128/25
255.255.255.192/26
255.255.255.224/27
255.255.255.240/28
255.255.255.248/29
255.255.255.252/30
Ok, kita coba satu soal untuk Class B dengan network address 172.16.0.0/18.
Analisa:
172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi total subnetnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
    Subnet
    172.16.0.0
    172.16.64.0
    172.16.128.0
    172.16.192.0
    Host Pertama
    172.16.0.1
    172.16.64.1
    172.16.128.1
    172.16.192.1
    Host Terakhir
    172.16.63.254
    172.16.127.254
    172.16.191.254
    172.16.255.254
    Broadcast
    172.16.63.255
    172.16.127.255
    172.16.191.255
    172.16..255.255
Masih bingung? Ok kita coba satu lagi untuk Class B.Bagaimana dengan network address 172.16.0.0/25.
Analisa:
172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
  3. Blok Subnet = 256 – 128 = 128.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
172.16.0.0172.16.0.128172.16.1.0172.16.255.128
Host Pertama172.16.0.1172.16.0.129172.16.1.1172.16.255.129
Host Terakhir172.16.0.126172.16.0.254172.16.1.126172.16.255.254
Broadcast172.16.0.127172.16.0.255172.16.1.127172.16.255.255
Masih bingung juga? Ok sebelum masuk ke Class A, coba ulangi lagi dari Class C, dan baca pelan-pelan ;)

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A

Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa:
10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
  3. Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
10.0.0.010.1.0.010.254.0.010.255.0.0
Host Pertama10.0.0.110.1.0.110.254.0.110.255.0.1
Host Terakhir10.0.255.25410.1.255.25410.254.255.25410.255.255.254
Broadcast10.0.255.25510.1.255.25510.254.255.25510.255.255.255
Mudah-mudahan setelah anda membaca paragraf terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan subnetting dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini pelan-pelan dari atas. Untuk teknik hapalan subnetting yang lebih cepat, tunggu di artikel berikutnya ;)
Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2